Header news

✒️ |

Part 1: GNFI Ajak Penulis Pemula Temukan Jati Diri Lewat "Writing Camp Lite"

 

AfgNews - Di tengah derasnya arus informasi dan konten digital, kemampuan menulis yang baik menjadi aset krusial. Menjawab tantangan ini, komunitas Kawan GNFI (Good News From Indonesia) menggelar acara "Writing Camp Lite" secara daring baru-baru ini. Mengusung tema "Temukan Gaya Tulisanmu sebagai Pemula," acara ini bertujuan membekali para penulis baru dengan fondasi yang kokoh, mulai dari teknik dasar hingga penemuan identitas kepenulisan yang otentik.

Acara yang dipandu oleh Alifa Justisia, seorang Content Writer & Community Editor di GNFI, ini mengupas tuntas berbagai aspek fundamental yang sering menjadi pertanyaan besar bagi mereka yang baru memulai perjalanan di dunia tulis-menulis. Alifa membuka sesi dengan sebuah pertanyaan reflektif yang esensial: "Mengapa Aku Menulis?"

Setelah fondasi motivasi terbangun, pertanyaan selanjutnya yang sering menghantui pemula adalah, "Aku Mulai dari Mana?" Alifa menawarkan solusi praktis melalui teknik dasar jurnalistik yang telah teruji oleh waktu, yaitu formula Adiskamba, yang merupakan akronim dari Apa, Di mana, Kapan, Siapa, Mengapa, dan Bagaimana (5W+1H).

"Teknik ini adalah kompas bagi penulis pemula," jelas Alifa. "Ini adalah kerangka kerja yang memastikan tulisan kita lengkap dan informatif." Ia merinci setiap elemen sebagai berikut:

·             Apa (What): Menentukan topik utama tulisan. Apa yang ingin dibahas? Apakah topik tersebut sedang menjadi tren atau relevan dengan audiens?

·             Di mana (Where): Menetapkan latar tempat kejadian atau konteks lokasi dari cerita yang diangkat.

·             Kapan (When): Memberikan kerangka waktu. Apakah tulisan ini terikat waktu dan harus segera tayang, atau bersifat timeless (abadi) yang relevan dibaca kapan saja?

·             Siapa (Who): Mengidentifikasi subjek atau tokoh utama dalam tulisan. Siapa yang menjadi fokus cerita?

·             Mengapa (Why): Menggali urgensi dan signifikansi topik. Mengapa pembaca perlu mengetahui hal ini? Apa kepentingan di baliknya?

·             Bagaimana (How): Menjelaskan proses atau kronologi. Alifa menekankan

Menulis bukan hanya soal merangkai kata, tetapi juga soal tanggung jawab. Alifa memberikan penekanan khusus pada hal-hal yang perlu diwaspadai oleh setiap penulis di era digital yang serba cepat. "Tulisan yang baik adalah tulisan yang etis," tegasnya.

Beberapa poin krusial yang ia soroti antara lain:

1.             Validasi Data: Cek dan ricek kebenaran data dan informasi yang disajikan. Hindari penyebaran hoaks atau informasi yang tidak akurat.

2.             Kutipan Sumber: Selalu sertakan sumber referensi dan gambar yang digunakan. Ini adalah bentuk penghargaan terhadap karya orang lain dan menunjukkan kredibilitas penulis.

3.             Hindari Plagiarisme: Plagiarisme adalah pelanggaran serius dalam dunia kepenulisan. Selalu olah informasi dengan gaya bahasa sendiri atau gunakan kutipan langsung dengan atribusi yang jelas.

4.             Pemanfaatan AI: Artificial Intelligence (AI) bisa menjadi alat bantu yang bermanfaat, namun penggunaannya harus bijak dan seperlunya. AI sebaiknya digunakan untuk riset awal atau mencari inspirasi, bukan untuk menghasilkan tulisan secara utuh tanpa sentuhan personal.

Untuk menghindari tulisan yang bertele-tele dan tidak terstruktur, Alifa memperkenalkan konsep outline atau kerangka tulisan sebagai "peta artikel". "Outline membantu kita menentukan arah tulisan. Mau dibawa ke mana artikel kita? Apa saja poin-poin penting yang harus disampaikan? Semua terjawab di sini," ujarnya.

Dalam presentasinya, ia menunjukkan dua contoh outline: satu untuk artikel hard news mengenai sebuah peristiwa kerusuhan, dan satu lagi untuk artikel timeless tentang tips menjaga kesehatan. Melalui contoh tersebut, peserta dapat melihat bagaimana sebuah ide besar dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan terorganisir, mulai dari pembukaan (opening), isi (body) yang terbagi dalam beberapa sub-judul, hingga penutup (conclusion) yang merangkum keseluruhan gagasan.

Sebagai penutup, Alifa mengutip sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Kutipan ini menjadi pengingat kuat akan kekuatan tulisan dan menjadi penyemangat bagi para peserta untuk terus berkarya dan memberikan dampak melalui kata-kata. Workshop "Writing Camp Lite" dari Kawan GNFI ini berhasil memberikan peta jalan yang jelas dan komprehensif bagi siapa pun yang ingin memulai kariernya sebagai penulis.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.