Part 1: GNFI Ajak Penulis Pemula Temukan Jati Diri Lewat "Writing Camp Lite"
AfgNews - Di
tengah derasnya arus informasi dan konten digital, kemampuan menulis yang baik
menjadi aset krusial. Menjawab tantangan ini, komunitas Kawan GNFI (Good News
From Indonesia) menggelar acara "Writing Camp Lite" secara
daring baru-baru ini. Mengusung tema "Temukan Gaya Tulisanmu sebagai
Pemula," acara ini bertujuan membekali para penulis baru dengan fondasi
yang kokoh, mulai dari teknik dasar hingga penemuan identitas kepenulisan yang
otentik.
Acara
yang dipandu oleh Alifa Justisia, seorang Content Writer & Community Editor
di GNFI, ini mengupas tuntas berbagai aspek fundamental yang sering menjadi
pertanyaan besar bagi mereka yang baru memulai perjalanan di dunia
tulis-menulis. Alifa membuka sesi dengan sebuah pertanyaan reflektif yang
esensial: "Mengapa Aku Menulis?"
Setelah
fondasi motivasi terbangun, pertanyaan selanjutnya yang sering menghantui
pemula adalah, "Aku Mulai dari Mana?" Alifa menawarkan solusi praktis
melalui teknik dasar jurnalistik yang telah teruji oleh waktu, yaitu formula Adiskamba,
yang merupakan akronim dari Apa, Di mana, Kapan, Siapa, Mengapa, dan Bagaimana
(5W+1H).
"Teknik
ini adalah kompas bagi penulis pemula," jelas Alifa. "Ini adalah
kerangka kerja yang memastikan tulisan kita lengkap dan informatif." Ia
merinci setiap elemen sebagai berikut:
·
Apa (What):
Menentukan topik utama tulisan. Apa yang ingin dibahas? Apakah topik tersebut
sedang menjadi tren atau relevan dengan audiens?
·
Di mana (Where): Menetapkan latar tempat kejadian atau konteks lokasi dari cerita yang
diangkat.
·
Kapan (When):
Memberikan kerangka waktu. Apakah tulisan ini terikat waktu dan harus segera
tayang, atau bersifat timeless (abadi) yang relevan dibaca kapan saja?
·
Siapa (Who):
Mengidentifikasi subjek atau tokoh utama dalam tulisan. Siapa yang menjadi
fokus cerita?
·
Mengapa (Why):
Menggali urgensi dan signifikansi topik. Mengapa pembaca perlu mengetahui hal
ini? Apa kepentingan di baliknya?
·
Bagaimana (How): Menjelaskan proses atau kronologi. Alifa menekankan
Menulis
bukan hanya soal merangkai kata, tetapi juga soal tanggung jawab. Alifa
memberikan penekanan khusus pada hal-hal yang perlu diwaspadai oleh setiap
penulis di era digital yang serba cepat. "Tulisan yang baik adalah tulisan
yang etis," tegasnya.
Beberapa
poin krusial yang ia soroti antara lain:
1.
Validasi Data:
Cek dan ricek kebenaran data dan informasi yang disajikan. Hindari penyebaran
hoaks atau informasi yang tidak akurat.
2.
Kutipan Sumber:
Selalu sertakan sumber referensi dan gambar yang digunakan. Ini adalah bentuk
penghargaan terhadap karya orang lain dan menunjukkan kredibilitas penulis.
3.
Hindari Plagiarisme: Plagiarisme adalah pelanggaran serius dalam dunia kepenulisan. Selalu
olah informasi dengan gaya bahasa sendiri atau gunakan kutipan langsung dengan
atribusi yang jelas.
4.
Pemanfaatan AI:
Artificial Intelligence (AI) bisa menjadi alat bantu yang bermanfaat,
namun penggunaannya harus bijak dan seperlunya. AI sebaiknya digunakan untuk
riset awal atau mencari inspirasi, bukan untuk menghasilkan tulisan secara utuh
tanpa sentuhan personal.
Untuk
menghindari tulisan yang bertele-tele dan tidak terstruktur, Alifa
memperkenalkan konsep outline atau kerangka tulisan sebagai "peta
artikel". "Outline membantu kita menentukan arah tulisan. Mau dibawa
ke mana artikel kita? Apa saja poin-poin penting yang harus disampaikan? Semua
terjawab di sini," ujarnya.
Dalam
presentasinya, ia menunjukkan dua contoh outline: satu untuk artikel hard
news mengenai sebuah peristiwa kerusuhan, dan satu lagi untuk artikel timeless
tentang tips menjaga kesehatan. Melalui contoh tersebut, peserta dapat melihat
bagaimana sebuah ide besar dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan
terorganisir, mulai dari pembukaan (opening), isi (body) yang terbagi dalam
beberapa sub-judul, hingga penutup (conclusion) yang merangkum keseluruhan
gagasan.
Sebagai penutup, Alifa mengutip sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Kutipan ini menjadi pengingat kuat akan kekuatan tulisan dan menjadi penyemangat bagi para peserta untuk terus berkarya dan memberikan dampak melalui kata-kata. Workshop "Writing Camp Lite" dari Kawan GNFI ini berhasil memberikan peta jalan yang jelas dan komprehensif bagi siapa pun yang ingin memulai kariernya sebagai penulis.

Tidak ada komentar: