Umi Lailatus Sa’adah, Mahasiswi Lulusan Terbaik Yudisium Periode IV 2025 FITK UIN Malang
Afgnews
- Di balik sorotan
lampu dan tepuk tangan hangat dalam Yudisium IV Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, berdiri seorang perempuan
muda dengan senyum tenang dan mata yang menyimpan ribuan cerita. Umi Lailatus
Sa’adah, mahasiswi Magister Pendidikan Matematika yang hari itu bukan hanya
dinyatakan lulus, tapi juga dinobatkan sebagai lulusan terbaik dalam tiga
kategori: akademik (IPK), non-akademik (Prestasi), dan hafidzah 30 juz.
Namun,
di balik pencapaian gemilang itu, ada perjalanan panjang yang tidak selalu
mulus. “Saya pernah merasa lelah, bahkan ingin menyerah,” ujar Umi, saat
diwawancarai usai prosesi yudisium. Ia tidak mengatakannya dengan nada
dramatis, melainkan dengan ketulusan yang membuat siapa pun yang mendengarnya
ikut merenung. Umi
bukan mahasiswi biasa. Ia menempuh jalur fast track untuk program magister,
setelah sebelumnya menyelesaikan dua gelar sarjana sekaligus: S1 Tadris
Matematika dan S1 Ma’had Aly. Di tengah kesibukan akademik, ia juga aktif
sebagai bendahara di HMPS dan DEMA fakultas. Dan di sela-sela itu, ia
menyelesaikan hafalan 30 juz Al-Qur’an.
Ia
mengaku bahwa kunci utamanya adalah manajemen waktu dan mental. “Saya tidak
pernah memaksakan semuanya harus sempurna. Tapi saya berusaha konsisten. Kalau
capek, saya istirahat. Kalau bingung, saya minta nasihat. Dan yang paling
penting, saya tidak pernah berhenti berdoa,” tuturnya. Bagi
Umi, ilmu dunia dan ilmu agama bukan dua hal yang saling bertentangan. Justru
keduanya harus berjalan beriringan. Prinsip ini ia pegang teguh sejak awal
kuliah, dan menjadi fondasi dalam setiap keputusan yang ia ambil. “Saya ingin
jadi pendidik yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga punya nilai
spiritual yang kuat,” ucapnya.
Yudisium
IV FITK hari itu juga menghadirkan sesi tambahan berupa sosialisasi sertifikasi
profesi dari Dita Computer Malang, sebagai bentuk komitmen kampus dalam
membekali lulusan dengan keterampilan yang relevan di dunia kerja. Tapi bagi
Umi, bekal terpenting bukan hanya sertifikat atau gelar, melainkan nilai-nilai
yang ia bawa dari proses panjang yang telah ia lalui. Kini,
setelah resmi menyandang gelar magister, Umi tidak ingin berhenti. Ia ingin
terus belajar, mengajar, dan menginspirasi. “Saya percaya bahwa setiap orang
punya potensi luar biasa. Tapi potensi itu hanya akan muncul kalau kita berani
bermimpi dan berani berjuang,” tutupnya.
Baca juga: Yudisium IV FITK UIN Malang Kukuhkan 584 Lulusan, Sejumlah Mahasiswa Raih Penghargaan
Baca juga: Yudisium IV FITK UIN Malang Kukuhkan 584 Lulusan, Sejumlah Mahasiswa Raih Penghargaan


Tidak ada komentar: