Header news

✒️ |

Dari Buku ke Harapan: Kisah Eko Cahyono dan Perpustakaan Keliling yang Mengubah Masa Depan

 

Di tengah hiruk-pikuk modernisasi dan derasnya arus digital, masih ada sudut-sudut negeri yang bergulat dengan persoalan mendasar,  buta aksara. Namun, di Kabupaten Malang, harapan itu datang dalam wujud sederhana, seorang pria dengan semangat tak tergoyahkan dan rak-rak buku yang berpindah dari desa ke desa. Namanya Eko Cahyono.

Selama lebih dari 13 tahun, Eko telah mengabdikan dirinya untuk membangun dan mengembangkan Pustaka Anak Bangsa, sebuah gerakan literasi yang kini memiliki 26 perpustakaan tersebar di 35 desa di tujuh kecamatan. Ia bukan hanya membawa buku, tetapi juga membawa harapan, membuka pintu masa depan bagi anak-anak yang sebelumnya tak mengenal huruf.

Apa yang dilakukan pria pegiat literasi tersebut bukan sekadar aktivitas sosial. Ini adalah bentuk cinta terhadap pendidikan, bentuk perlawanan terhadap ketidakpedulian, dan bentuk keyakinan bahwa setiap anak berhak untuk bisa membaca dunia. Meski sempat diremehkan dan dianggap membaca itu tidak penting, Eko tetap melangkah. Ia percaya bahwa literasi bukan hanya soal huruf, tapi tentang keberdayaan, tentang kemampuan seseorang untuk memahami, berkomunikasi, dan membuat keputusan yang bijak.

Kini, buah dari kegigihannya mulai tampak. Anak-anak yang dulu tak mengenal huruf, kini bisa membaca buku cerita dengan lancar. Perubahan itu nyata, dan dampaknya meluas. Eko bukan hanya membebaskan buta aksara, ia sedang membebaskan generasi dari keterbatasan.

Kisah Eko Cahyono mengajarkan kita bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Dari satu buku, satu anak, satu desa. Ia membuktikan bahwa ketika hati terpanggil dan aksi dijalankan dengan konsisten, maka literasi bukan lagi mimpi, melainkan kenyataan yang bisa disentuh.

#kabarbaiksatuindonesia

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.