Keluarga Nyaman, Bukti Kekerasan Bukanlah Pilihan
![]() |
| Foto Ilustrasi |
Kekerasan dalam rumah tangga mencakup tindakan apa pun - termasuk ancaman untuk melakukan tindakan, pemaksaan, atau hilangnya kebebasan secara ilegal - yang dilakukan oleh anggota keluarga yang menyebabkan penderitaan fisik, seksual, psikologis, atau lainnya, serta penelantaran rumah. Data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Data Jumlah Kasus Kekerasan KEMENPPPA
Karena bagaimanapun juga, bagi anak-anak maupun pihak yang menjadi saksi kekerasan, pengalaman tersebut dapat mempengaruhi perkembangan mental dan emosional mereka. Anak-anak ini mungkin tumbuh dengan rasa takut, kebencian, atau bahkan mengulangi siklus kekerasan tersebut dalam hubungan mereka di masa depan. Maka dari itu, Kekerasan dalam rumah tangga bukanlah solusi, melainkan menciptakan masalah baru. Ketika kekerasan digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik, masalah tersebut tidak akan pernah benar-benar terselesaikan.
Bahkan, di lansir dalam web NU Online tentang Hadits yang dari Abu Hurairah menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan pentingnya akhlak yang baik terhadap perempuan.
Artinya: "Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Orang-orang beriman yang paling sempurna imannya adalah
orang-orang yang paling baik akhlaknya, dan sebaik-baik akhlak kalian adalah
yang paling baik kepada perempuan."
Keluarga yang nyaman adalah keluarga yang anggotanya merasa dihargai, dicintai, dan aman. Dalam keluarga seperti ini, setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat dukungan yang sama. Hal itu dapat di mulai dengan komunikasi yang terbuka diantara pihak yang berkaitan, individu yang dapat mengontrol emosional dengan baik dan berusaha untuk membangun serta menjaga kepercayaan satu sama lain dengan tidak melakukan tindakan yang bisa merusak kepercayaan tersebut.
Dalam buku Bahasa Perempuan yang membahas tentang Potret Ideologi Perjuangan karya Anang Santoso (Cetakan pertama, 2019) menyatakan bahwa relasi lintas gender akan memperoleh maknanya apabila kekerasan simbolik semakin tereliminasi, paling tidaknya mereka selalu sadar bahwa masih ada sesuatu yang salah dalam pelbagai wacana publik. Kesadaran menjadi kata kunci, karena tanpa kesadaran itu maka kekerasan simbolik akan terus tercipta secara tidak sehat.

Tidak ada komentar: