Header news

✒️ |

Jurnalis Profesionalitas : Langkah Awal Yang Dimulai Dari Kelas

 


Menulis adalah keterampilan esensial yang harus dikuasai oleh setiap calon jurnalis, terutama di tengah kemajuan teknologi dan media digital yang kian pesat. Menyadari pentingnya kemampuan ini, dalam mata kuliah pendidikan jurnalistik yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, mahasiswa dibekali dengan materi penting mengenai dasar-dasar penulisan jurnalistik. Salah satu pengajar dalam mata kuliah pendidikan jurnalistik ini, Bapak Tholib. 

Menurunya, menulis bukan hanya soal bakat, tetapi lebih kepada kemauan dan latihan yang terus-menerus. "Dalam dunia jurnalistik, menulis adalah keterampilan yang perlu dipaksakan dan dibiasakan. Tidak cukup hanya menunggu inspirasi datang, tetapi mahasiswa harus aktif mencari peluang untuk menulis dan terus melatih diri. Ini adalah proses yang panjang, namun sangat penting untuk menjadi jurnalis yang kompeten, dan menekankan bahwa untuk menjadi seorang penulis yang handal, ada empat syarat utama yang harus dipenuhi: niat, konsistensi dalam berlatih, mulai menulis, dan membiasakan diri untuk melakukannya setiap hari." ungkapnya saat memberikan kuliah di hadapan sekitar 18 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini. 

Dalam era digital seperti sekarang, menulis telah menjadi keterampilan yang lebih penting dari sebelumnya. Dengan munculnya platform-platform media sosial, blog pribadi, hingga situs berita daring, setiap orang memiliki kesempatan untuk menyebarkan informasi ke khalayak luas. Namun, hal ini juga menimbulkan tantangan baru bagi calon jurnalis, di mana mereka harus bisa membedakan antara konten yang informatif dan berkualitas dengan konten yang hanya bertujuan untuk mendapatkan perhatian sesaat.

Foto Ilustrasi By: AI

Salah satu dosen UIN Malang tersebut menjelaskan bahwa di tengah banjir informasi di era sekarang ini, berita yang baik harus memenuhi dua kriteria utama: penting dan menarik. "Penting berarti bahwa berita yang disajikan memiliki nilai bagi pembaca, menyampaikan informasi yang dibutuhkan, dan relevan dengan isu-isu terkini. Sementara menarik yang dimaksud berarti bagaimana berita itu disajikan. Sebuah berita bisa sangat penting, tetapi jika tidak disampaikan dengan cara yang menarik, maka pembaca akan kehilangan minat untuk membaca lebih lanjut," jelasnya. 

Dalam kuliah tersebut, Bapak Tholib juga menekankan pentingnya konsistensi dalam berlatih menulis. Banyak mahasiswa yang mungkin merasa bahwa menulis adalah sesuatu yang sulit, terutama jika mereka tidak memiliki bakat alami dalam menulis. Namun, beliau dengan menegaskan bahwa menulis adalah keterampilan yang bisa dipelajari, bukan sekadar bakat. “Setiap orang bisa menulis, asalkan mereka bersedia untuk terus berlatih. Seperti halnya seorang atlet yang harus terus berlatih untuk mengasah kemampuannya, seorang penulis juga harus berlatih setiap hari. Jangan pernah takut membuat kesalahan dalam tulisan. Kesalahan adalah bagian dari proses belajar," ujar Bapak Tholib dengan penuh semangat. 

Di samping itu, dia juga mendorong mahasiswa untuk memulai menulis dengan hal-hal sederhana yang mereka sukai atau pahami. Dengan menulis tentang topik yang mereka kuasai, mahasiswa akan lebih mudah menyusun kalimat-kalimat dan gagasan mereka. Seiring waktu, mereka bisa memperluas cakupan tulisan ke topik-topik yang lebih kompleks. Selain berbicara tentang keterampilan teknis dalam menulis, Bapak Tholib juga membahas berbagai tantangan yang dihadapi oleh para jurnalis di dunia nyata. Salah satu tantangan utama adalah tekanan waktu. Karena dalam dunia jurnalistik, seorang jurnalis sering kali harus bekerja di bawah tekanan waktu yang ketat untuk mengirimkan berita secepat mungkin. Karena era sekarang kecepatan dalam update berita juga menjadi nilai dari berita itu sendiri. 

Di sinilah pentingnya konsistensi dalam latihan menulis. "Seorang jurnalis harus mampu menulis dengan cepat tanpa mengorbankan kualitas. Ini hanya bisa dicapai melalui latihan yang berkelanjutan," tambahnya. Tidak hanya itu, di era digital ini, jurnalis juga dihadapkan pada tantangan penyebaran informasi yang begitu cepat. Media sosial memungkinkan berita tersebar dalam hitungan detik, dan sering kali berita yang belum terverifikasi bisa dengan mudah menjadi viral. Ini menjadi tanggung jawab besar bagi jurnalis untuk tetap menjaga akurasi dan integritas dalam menyampaikan berita. 

Seorang jurnalis harus bisa bersaing dengan kecepatan informasi tanpa melupakan prinsip-prinsip dasar jurnalistik. Dia menekankan bahwa seorang jurnalis tidak hanya bertanggung jawab kepada media nya, tetapi juga kepada publik. "Tugas utama seorang jurnalis adalah memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat. Di tengah era post-truth dan maraknya hoaks, tanggung jawab ini semakin besar," katanya. Meski dunia jurnalistik penuh tantangan, Bapak Tholib merasa optimis terhadap masa depan mahasiswa-mahasiswa yang dia ajar. Dengan dedikasi dan kerja keras, dia yakin bahwa mereka akan mampu bersaing di dunia media massa. 

 "Saat ini, kita sedang berada di era emas jurnalistik digital. Ada begitu banyak peluang bagi mereka yang mau belajar dan bekerja keras. Asalkan kalian konsisten, saya yakin kalian bisa menjadi jurnalis yang hebat," tutupnya dengan penuh optimisme. Mahasiswa pun merespon dengan antusias. Salah satu mahasiswa, Noaf, menyatakan bahwa ia termotivasi untuk terus belajar dan mengasah kemampuannya setelah mendengar penjelasan dari dosen. "Saya tadinya merasa menulis sebagai jurnalis itu sulit, tetapi sekarang saya paham bahwa dengan latihan dan ketekunan, kita bisa menjadi lebih baik," tambahnya. 
Sesi kuliah ini diakhiri dengan tugas menulis straight news berdasarkan topik yang telah disepakati bersama. Dengan tugas-tugas tersebut, mahasiswa diharapkan dapat terus mengasah keterampilan menulis mereka, mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia jurnalistik yang penuh tantangan dan kesempatan.


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.